MAKHLUK HIDUP
Ciri fisiologi dari makhluk hidup (organisme)
antara lain adalah kemampuan untuk berkembang biak (reproduksi). Karena virus
dapat memperbanyak diri walaupun hanya dalam sel hidup maka virus dapat
dianggap sebagai makhluk hidup.
Ciri-ciri fisiologi dari makhluk hidup selain
bereproduksi adalah sebagai berikut:
1.
Respirasi (pernapasan), merupakan suatu proses
pemecahan senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dan
menghasilkan sejumlah energi.
2.
Nutrisi (mengolah zat makanan), makanan diperlukan oleh
makhluk hidup untuk menyusun tubuh dan sebagian diubah untuk mendapatkan energi
untuk aktivitas hidupnya.
3.
Tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan merupakan
bertambahnya ukuran tubuh mahluk hidup akibat terjadinya pertambahan jumlah sel
dan ukuran sel yang menyusun tubuh makhluk hidup. Sedangkan perkembangan
merupakan suatu proses menuju tercapainya kedewasaan.
4.
Ekskresi, merupakan proses pengeluaran zat-zat sisa
metabolisme yang sudah tidak berguna bagi tubuh.
5.
Transportasi, merupakan sistem pengangkutan zat-zat
yang diedarkan oleh suatu sistem ke seluruh bagian tubuh.
6.
Regulasi, merupakan sistem yang mengatur keserasian
proses-proses yang berlangsung di dalam tubuh.
7.
Iritabilitas, merupakan kemampuan makhluk hidup untuk
menanggapi rangsangan.
Penyakit demam berdarah atau dengue haemorrhagic
fever (DHF) disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan virus RNA dan
dapat mengaglutinasi (menggumpalkan) sel darah merah. Penyakit ini ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektornya. Hingga saat ini penyakit demam
berdarah belum ditemukan vaksin dan obatnya.
Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas. Gejalanya batuk, suhu
tubuh meningkat, demam, dan nyeri otot. Penggunaan antibiotika tidak efektif untuk
melawan penyakit ini, karena antibiotika hanya untuk mematikan bakteri.Tindakan
tepat yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga
serangan virus tidak berlanjut. Caranya, dengan cukup istirahat, makan makanan
bergizi dan mengonsumsi vitamin, terutama vitamin C, baik dari buah dan sayuran
segar atau suplemen.
Penularan penyakit AIDS terjadi hanya jika
terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh ODHA. Kontak cairan tubuh ini
misalnya melalui hubungan seksual dan darah ODHA. Kontak dengan darah dapat
terjadi melalui jarum suntik yang digunakan bersama. ODHA, dari ibu ODHA
diturunkan kepada bayi yang dikandungnya, atau menerima transfusi darah dari
ODHA. Bertukar sikat gigi pun dapat beresiko menularkan AIDS karena pada saat menggosok
gigi dapat saja terjadi luka pada gusi dan mengeluarkan darah. Dengan demikian,
selama kulit kita tidak terluka dan ODHA juga tidak memiliki luka terbuka,
berjabat tangan dan mencium pipi ODHA tidak akan menularkan AIDS.
Sebagian besar virus menyebabkan penyakit pada
manusia, hewan dan tumbuhan. Walaupun demikian, virus dapat dimanfaatkan agar
dapat berguna bagi manusia. Pemanfaatan ini dilakukan berdasarkan pengetahuan
manusia tentang ciri-ciri, sifat, dan daur hidup virus. Misalnya, virus mengalami
fase penggabungan dalam daur hidup lisogenik, yaitu DNA virus menyambungkan
diri ke DNA bakteri yang diserangnya. Peristiwa ini dimanfaatkan untuk
menghasilkan vaksin, antitoksin, dan melemahkan bakteri secara rekayasa
genetika.
Untuk
membuat antitoksin, DNA virus digabungkan dengan DNA manusia yang mengendalikan
sintesis antitoksin. Selanjutnya, gen hasil gabungan tersebut disambungkan ke
sel bakteri. Dengan demikian, sel bakteri tersebut mengandung gen manusia
penghasil antitoksin. Bakteri ini dipelihara untuk menghasilkan antitoksin yang
bermanfaat melawan penyakit manusia. Untuk melemahkan bakteri-bakteri patogen.
Akibatnya, bakteri menjadi tidak berbahaya lagi. Untuk menghasilkan vaksin,
virus dilemahkan schingga tidak bcrbahaya lagi bagi manusia. Jika vaksin ini
diberikan pada manusia, tubuh manusia akan menghasilkan antibodi untuk melawan
virus yang telah dilemahkan tersebut.
BAKTERI
Archaebacteria
dan Bacteria memiliki perbedaan ciri sebagai berikut:
1). Lipid membran pada Archaebacteria tersusun dari hidrokarbon bercabang, sedangkan pada Bacteria hidrokarbon tak bercabang.
2). Dinding sel pada Bacteria mengandung peptidoglikan, sedangkan pada Archaebacteria tidak.
3). Protein ribosom dan RNA polimerase pada Archaebacteria sama dengan eukariota, sedangkan pada Bacteria berbeda dengan eukariota.
4). Beberapa gen Archaebacteria memiliki intron, sedangkan Bacteria tidak.
1). Lipid membran pada Archaebacteria tersusun dari hidrokarbon bercabang, sedangkan pada Bacteria hidrokarbon tak bercabang.
2). Dinding sel pada Bacteria mengandung peptidoglikan, sedangkan pada Archaebacteria tidak.
3). Protein ribosom dan RNA polimerase pada Archaebacteria sama dengan eukariota, sedangkan pada Bacteria berbeda dengan eukariota.
4). Beberapa gen Archaebacteria memiliki intron, sedangkan Bacteria tidak.
Bakteri yang
mampu membentuk (mensintesis) senyawa organik dari zat anorganik dengan
menggunakan energi kimia disebut bakteri kemoautotrof. Bakteri kemoautotrof
mampu melakukan proses kemosintesis. Kemosintesis merupakan proses asimilasi
karbon yang energinya berasal dari reaksi-reaksi kimia. Proses ini tidak
memerlukan klorofil dan cahaya. Bakteri kemoautotrof akan mengoksidasi
senyawa-senyawa tertentu dan energi yang dihasilkan digunakan untuk asimilasi
karbon. Dengan demikian, bakteri kemoautotrof ini dapat mensintesis makanannya
sendiri dengan sumber energi hasil reaksi kimia.
Contoh
bakteri kemoautotrof adalah bakteri nitrit (Nitrosomonas dan Nitrosococcus),
bakteri nitrat (Nitrobacter), dan bakteri belerang (Beggiatoa alba). Pada bakteri
nitrit dan nitrat terjadi reaksi kimia sebagai berikut:
Cyanobacteria
(ganggang hijaubiru) berperan sebagai vegetasi perintis (pionir) yang
memberikan kemungkinan hidup bagi organisme lain di tempat yang sulit untuk
dijadikan tempat hidup. Hal ini karena ganggang hijau-biru mampu hidup di
tempat organisme lain tidak bisa hidup, seperti batu-batuan, sumber air panas
dengan suhu mencapai 85°C, dan di perairan yang tercemar. Ganggang ini
mempunyai toleransi yang besar terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut.
Sebagai contoh, setelah terjadi letusan gunung berapi semua organisme di tempat
itu musnah. Tumbuhan pertama yang hidup pada tempat itu adalah vegetasi
perintis, yaitu lumut kerak dan ganggang hijau-biru, yang akan melapukkan
batuan sehingga terbentuk tanah. Apabila hujan, tanah akan mengikat air
sehingga dapat ditumbuhi lumut. Beberapa tahun kemudian, tumbuh semak-semak
atau pohon. Dengan demikian, ganggang hijau-biru berperan sebagai vegetasi
perintis karena dapat membuka kehidupan bagi makhluk hidup lainnya.
Bakteri
nitrifikasi adalah bakteri yang membantu proses pembentukan senyawa nitrat
dalam tanah. Bakteri nitrifikasi merupakan bakteri aerob, yaitu membutuhkan
oksigen untuk hidupnya. Oksigen ini akan digunakan oleh bakteri nitrifikasi untuk
mengoksidasi NH3 dan HNO2. Energi hasil oksidasi tersebut akan dimanfaatkan
untuk asimilasi karbon. Dengan demikian, bakteri ini bersifat kemoautotrof.
Tanah yang
kaya akan oksigen uumnya adalah tanah yang gembur sebab ikatan molekul-molekul
tanahnya lebih renggang daripada tanah yang liat. Maka bakteri nitrifikasi
hidup dengan subur pada tanah yang gembur dan penuh bahan anorganik.
Makanan
mudah rusak (busuk) akibat terkontaminasi bakteri. Bakteri ini umumnya hanya
hidup dalam kisaran kondisi yang tidak ekstrem. Beberapa cara dapat dilakukan
agar bahan makanan tidak dijadikan tempat hidup bakteri, sehingga makanan dapat
awet.Makanan dapat diawetkan misalnya dengan diberi garam (ikan asin), diberi
gula (dodol), diberi asam (acar), dikeringkan (kerupuk), dibekukan (daging
beku, dimasukkan freezer), dipanaskan (susu, pemanasan pada suhu 70°C selama 15
menit yang dikenal sebagai pasteurisasi), dikalengkan dan diberi bahan pengawet
asam benzoat (ikan sarden, kornet).
Sedikit Tentang Bakteri Pada Makanan :
Ragi : Saccharomyces cereviceae
Tempe : Rhizopus oryzae
Oncom : Neurospora sitophila
Kecap : Aspergillus
wentii
Tape : Saccaromyces
cereviceae
Keju : Penicellium
camemberti
GAMBAR TENTANG BENTUK-BENTUK SEL BAKTERI
VIRUS
Virus merupakan metaorganisme, yaitu organisme peralihan
antara benda hidup dan benda mati. Virus dikatakan benda hidup karena dapat
mengandakan diri atau memperbanyak diri ketika di dalam suatu sel inang. Kemampuan menggandakan diri (replikasi) di dalam sel inang ini
disebabkan virus memiliki materi genetik, yaitu DNA atau RNA.
Semua virus adalah parasit obligat
intraseluler. Artinya, virus hanya mampu hidup di dalam sel
atau jaringan makhluk hidup lain. Ketika suatu virus berada di luar sel, virus
hanyalah sebatas materi yang tidak berdaya yang tidak dapat melakukan fungsi
kehidupan. Selain itu virus juga dapat dikristalkan.
Penemuan
Virus
Virus pertama kali ditemukan pada
tahun 1882 oleh A. Meyer. Penyakit
yang disebabkan oleh virus tersebut adalah adanya bintik-bintik kekuningan pada
daun tembakau. Dia melakukan percobaan sederhana berupa ekstraksi tanaman
tembakau yang sakit dan mengambil getah dari ekstrak tersebut untuk
disemprotkan ke daun tembakau yang sehat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
daun tembakau yang semula sehat menjadi sakit (memiliki bintik-bintik kuning di
seluruh permukaan daun). Artinya ada sesuatu yang dipindahkan dari tembakau
yang sakit ke tembakau yang sehat yang merupakan agen penyakit dari
binti-bintik kekuningan pada daun tembakau.
Selanjutnya di tahun 1892, Dimitri Ivanowsky (rusia) melanjutkan
percobaan Meyer dengan cara menyaring getah tanaman tembakau yang sakit dengan
penyaring bakteri. Hasil saringan tersebut dioleskan pada tanaman tembakau yang
sehat. Ternyata tanaman tembakau yang sehat berubah menjadi sakit. Artinya
penyakit bintik-bintik kekuningan masih dapat berpindah ke tanaman tembakau
yang sehat walaupun sudah disaring dengan penyaring bakteri. Hasil ini juga
menunjukkan bahwa agen penyakit tersebut bukanlah bakteri, tetapi sesuatu
oragnisme lain yang ukurannya lebih kecil dari bakteri.
Tahun 1897, M. Beijerink menemukan fakta bahwa organism
penyerang tembakau memiliki sifat dapat bereproduksi pada tanaman yang
ditumpanginya (tumbuhan inang), tidak dapat dibiakkan pada medium pertumbuhan
bakteri dan tidak mati oleh alkohol. Penemuan ini memperkuat bahwa organisme
penyebab penyakit bintikbintik kekuningan pada tembakau bukanlah bakteri. Wendell Stanley seorang kelahiran Amerika
(1935) berhasil mengkristalkan makhluk yang menyerang tanaman tembakau dan
selanjutnya dinamakan TMV (Tobaco
Mosaic Virus).
Virus berbeda dengan organism kecil
lainya, termasuk dengan bakteri.
Virus memiliki ciri-ciri khusus seperti : (1) tidak dapat dilihat atau diamati
dengan mikroskop cahaya; (2) merupakan organisme aseluler,
artinya tidak memiliki struktur internal seluler; (3) memiliki asam nukleat
berupa DNA atau RNA; (4) tidak mampu menggandakan diri tanpa menumpangi sel
inang yang tepat; dan (5) tidak mampu melakukan
metabolisme.
Struktur virus
Pada umumnya virus memiliki asam nukleat yang dilindungi oleh lapisan
protein yang disebut capsid. Gabungan
struktur asam nukleeat dengan capsid dinamakan nucleocapsid. Virus memiliki
ukuran lebih kecil dari bakteri (2-20 milimikron).
Virus yang sering dikenal adalah
virus yang menyerang bakteri (disebut bakteriofage)
yang memilki struktur virus bentuk T. virus bakterofage memiliki struktur
kepala dan ekor. Virus ini memiliki asam nukleat berupa DNA yang diketahui
mengandung lebih dari 100 gen yang tersimpan dalam struktur kepala virus (capsid isohedral).
Perkembangbiakan virus
Virus selama hidupnya di dalam
organisme inang mengalami dua macam daur hidup, yaitu daur litik dan daur lisogenik.
Daur hidup litik terdiri dari fase adsorbsi
(penempelan), fase infeksi (penetrasi), fase replikasi
(sintesis), fase perakitan dan fase lisis
(pembebasan virus baru). Sedangkan daur hidup lisogenik
terdiri dari fase adsorbsi
(penempelan), fase infeksi (penetrasi),
fase pengabungan dan fase pembelahan.
Fase Adsorbsi
Virus (bakteriofage) dalam fase ini
mulai melekatkan diri dengan organisme inang (bakteri Escherichia coli) pada bagian permukaan sel
bakteri. Alat yang digunakan oleh virus untuk melakukan perlekatan adalah
serabut ekor yang ada di bagian dekat struktur ekor. Virus harus mengenali reseptor virus pada permukaan sel bakteri
sebelum melakuan perlekatan.
Fase Infeksi (Penetrasi)
Fase infeksi merupakan fase yang
melibatkan pemasukan materi genetik virus (asam nukleat) ke dalam sel organisme
inang. Asam nukleat (molekul DNA atau RNA) dimasukkan ke dalam sel dan akan
melakukan tugasnya sebagai blue print kehidupan virus. Setelah asam nukleat
masuk ke dalam sitoplasma sel, tahap
selanjutnya ditentukan apakah masuk ke dalam siklus litik atau siklus
lisogenik. Apabila virus masuk ke dalam siklus litik maka tahapan selanjutnya
berturut-turut adalah replikasi, perakitan dan lisis sel bakteri. Tetapi jika
virus masuk ke dalam siklus lisogenik maka tahapan selanjutnya adalah
pengabungan kedua macam asam nukleat (miliki virus dan milik sel inang), dan
fase pembelahan.
Fase Replikasi (sintesis)
Molekul DNA Virus dalam fase ini
memulai fungsinya sebagai materi genetik, yaitu mensintesis protein yang
berhubungan dengan struktur dan enzim virus. Struktur virus pada fase ini mulai
dibentuk, seperti struktur capsid, ekor dan serabut ekor.
Fase Perakitan
Struktur tubuh virus setelah
disintesis mulai dirakit menjadi struktur virus yang utuh sebagai virus-virus
baru. Setiap virus hasil perakitan memiliki struktur lengkap seperti virus pada
umunya (memiliki capsid, ekor dan serabut ekor).
Fase lisis
Virus-virus baru yang telah matang
dan telah sempurna bentuk dan strukturnya akan keluar dari sel inang. Proses
keluarnya virus-virus baru dengan cara merusak struktur sel (lisis) sehingga
sel innag pecah dan virus-virus dapat keluar dari sel. virus-virus yang baru
ini siap untuk menginfeksi sel inang lain.
Fase Penggabungan
Fase penggabungan dapat dialami oleh
virus ketika memasuki siklus hidup lisogenik. Setelah asam nukleat virus berhasil
dimasukkan ke dalam organisme inang, selanjutnya asama nuklaet tersebut
bergabung dengan DNA Kromosom
organisme inang, dalam hal ini DNA Kromosom bakteri. Penggabungan materi
genetik ini bertujuan untuk menitipkan DNA atau RNA virus ke DNA Kromosom untuk
selanjutnya ikut digandakan saat proses pembelahan sel. DNA Kromosom bakteri
adalah DNA yang memiliki informasi genetik bakteri termasuk salah satunya
adalah informasi perintah untuk melakukan pembelahan
sel.
Fase pembelahan
Virus pada fase ini akan memanfaatkan
proses pembelahan sel bakteri untuk penggandaan materi genetiknya yang sudah
bergabung dengan DNA Kromosom. Jika satu sel bakteri membelah menjadi dua
bakteri (saat pembelahan biner), maka akan didapat dua sel bakteri yang
masing-masing di dalamnya terdapat DNA virus. Begitu juga seterusnya, dari dua
sel bakteri tersebut akan tersu mengalami pembelahan dan jumlah DNA virus yang
dihasilkan adalah sebanding dengan jumlah sel bakteri hasil pembelahan. Jika
jumlah DNA virus yang dibutuhkan sudah cukup, DNA virus akan memisahkan kembali
dan virus akan masuk ke daur litik melalui fase sintesis (replikasi).
GAMBAR VIRUS
STRUKTUR VIRUS
PENYAKIT BINTIK-BINTIK KUNING PADA DAUN TEMBAKAU
TOBACCO MOZAIC VIRUS
STRUKTUR BAKTERIOFAGE
DAUR HIDUP VIRUS
SIKLUS LITIK VIRUS
SIKLUS LISOGENIK VIRUS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar